TEMA “PERLIBATAN KELUARGA PADA PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DI ERA KEKINIAN”
JUDUL “PENDIDIKAN DALAM KELUARGA DAN PERAN
KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK”
Penulis : Erni erliani
Mahasiswi Univesrsitas Djuanda Bogor
Tujuan utama pendidikan adalah mencetak manusia atau memanusiakan
manusia agar ia mampu menggapai kehdupan yang baik di dunia dan akhirat. Dalam
pendidikan keluarga, gurunya adalah orang tua, utamanya ibu. Ibu adalah sekolah
pertama ada utama (Al-umu madrasatul Ula). Karena orang tua adalah guru
kehidupan, maka penentu jalan kehidupanlah pesan Rasulullah Saw:”setiap anak
terlahir fitrah (suci). Lalu, kedua orang tuanya yang akan menjadikanya yahudi, nasrani,
atau majusi.
Dalam hal ini saya
akan menulis mengenai bagimana peran dan keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak , yang tentunya berdasarakan sumber-sumber atau referensi yang
terpercaya.
Dikutip dari buku Dr. H. Hasan Bisri Tanjung,MA. Beliau menulis
dalam bukunya yang berjudul karunia tak ternila (bunga rampai catattan
kebajikan) beliau menulis bahwa adal 4 langkah utama/menu dalam pendidikan
keluarga, yaitu: pertama, ketauhidan (akidah). Pendidikan
atau penanaman tauhid kepada anak merupakan langkah paling utama dalam
membanguan tatanan pribadi muslim yang berkualitas (khairul bariyah). Penanaman
tauhid lakasana menanamkan pondasi sebuah bangunan. Kedalaman dan dan kekuatan
ponadi akan menentukan daya tahan dan kekuatan sebuah bangunan. Sebagai orang
tua, kita di bimbing oleh agama untuk menanamkan akidah sejak dini, bertahap,
terpadu, dan komprehensif. Mulai akad nikah diikrarkan, berhubungan suami
isitri dengan benar hingga sij anin ditiupkan ruh.
Kedua, keteladanan (ibadah). Keteladanan (uswah) ada yang baik (hasanah)
dan buruk (madzmumah). Rasulullah Saw adalah teladan yang baik bagi umatnya(QS,
Al-Azhab:33:21). Anak adalah peniru (imitator) sejati. Mereka sangat
mudah dan cepat meniru apa yang mereka lihat, baik dari orang tua, teman-teman,
maupun televisi. Keteladanan adalah perkara yang paling penting dalam
kepemimpinan keluarga. Rasulullah telah memberikan teladan yang baik kepada
setiap orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Misalnya, mencium dan memeluk
anak-anak dengan hangat, berkata lembut, dan menginspirasi bersenda gurau bahkan
memberi hadiah. Ada suatu ungkapan Doroty Law Morte bahwa anak belajar dari
kehidupan. “jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki, jika anak
dibesarkan dengan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi” maka dari itu
sepatutnya setiap orang tua lebih
berhati-hati dengan ucapan dan tindakannya sendiri, ketika melarang merokok
pada saat seorang ayah tengah menghisapnya. Menyurh ke masjid pada saat tengah
mencuci mobil, menyuruh mengafal
Al-Quraan pada saat seorang ayah atau ibu tengah membaca Koran. Tak
seharusnya seperti itu karena aka terjadi split personalitiy (keterpecahan pribadi). Patutkah mereka
disalahkan?.
Ketiga, pembiasaan (Akhlak) tidak mudah membuat sesuatu menjadi karakter
dan kepribadian. Kita bisa melakukan kebaikan besar, tapi belum tentu menjadikannya kebiasaan (Mudawamah)
lazimnya, salah satu metode pembelajaran adalah pembiasaan sesuatu yang
dilakukan berulang-ulang akan terbiasa, maka akan menjadi karakter dan
keperibadian. Itulah yang disut akhlak . yakni perilaku baaik yang muncul
spontan dan tak perlu pertimbangan. Karena sudah menyatu dalam diri sebagai
keperibadian. Seperti halnya sejak dari dini anak dibiasakan salat berjamaah di
masjid agar kelak dia terbiasa untuk selalu melaksanakan salat dimesjid.
Dibiasakan membaca al-Quraan agar kelak ia terbiasa mengaji. Dan terapkan serta
biasakan perilaku-perilaku positif lainnya. Semua itu harus dibiasakan dan kita
menjadi teladannya. Meraka hanya bisa membiasakan sesuatu jika mereka melihat
kita melakukannya. Jika tidak, mereka mencontoh keburukan yang biasa mereka
lihat dari orang lain.
Keempat, pengawasan (manajerial).langkah dan menu keempat ini erat hubungannya
dengan ketiga langkah sebelumnya . pengawasan (Controlling) menjadi
bukti betapa manajemen sangat penting dalam menata keluarga. Jangan
menyuruh anak melakukan sesuatu tanpa
dikontrol dan evaluasi. Kebun yang sudah ditanami pohon, jangan ditinggalkan
hingga musim panen tiba, boleh jadi, bukan buah yang kita dapatkan, tapi semak
belukar yang tumbuh melebihi pohon yang kita tanam yang artinya ketika tauhid
kita tanamakan sejak dini, kita suburkan dengan pupuk keteladanan, kita sirami
dengan pupuk pebiasaan , maka tugas selanjutnya adalah mengontrol dan
mengevaluasi. Dalam perjalanan, mereka di hadang berbagai godaan yang
sistematis, dekadensi moral, kerisis keteladanan sosial polotik. Boleh jadi
pohon tauhid, keteladanan, dan kebiasaan yang telah ditanamkan, sudah terkikis
perlahan dari diri mereka. Meskipun mereka telah dewasa, punya anak istri/suami
tapi mereka tetaplah anak-anak kita. Tugas orangtua sebelum ajal adalah
mengecek ulang apakah masih tertanam pohon tauhid yang dulu telah kita ajarkan.(
sumber : Dr. H. Hasan Bisri Tanjung,MA”karunia tak ternilai (bunga rampai
catatan kebjikan)”Penerbit : AMP Press,Jakarta juni 2016).
selain itu saya selaku penulis artikel juga mengambil salah satu
referensi dari buku yang bejudul “30 cara dalam 30 hari menyelelematkan
keluarga anda” buku karangan Rebecca Hagelin yaitu seorang ibu rumah
tangga sekaligus seorang wanita karir. Lulusan cum laude dari Troy
University pada tahun 1983. Dalam buku yang di tulis oelel Rebecca ini terdapat
30 cara bagaiman peran seorang keluraga dalam menangani anak-anaknya, tetapi
dalam artikel ini saya selaku penulis artikel hanya mengambil 10 metode atau
cara bagaimana peran keluarga dalam pendidikan atau dalam mengarahkan anak.
Berikut ini akan penulis bahas beberapa cara tersebut:
1.
Membuat
Rumah Nyaman, Hangat, Dan Menyenangkan
Pada saat orangtua
mulai menyadari munculnya tantangan budaya, maka kesalahan yang umumnya yang
mereka lakukan adalah bersikap terlalu berlebihan dan menutup semua
peluang untuk bersenang-senang. Meskipun
anda dilarang keras berkompromi terhadap nilai-nilai dan prinsip anda, memegang
teguh nilai dan prinsip-prinsip tersebut bukan berarti membuat rumah anda
menjadi lingkungan yang membosankan dan dingin dimana pribadi “jangan kamu”
anda justru membuat kesal. Jika rumah anda tidak menyenangkan, anak anda dan
juga teman-teman mereka pasti tidak mau
“berkumpul” di sana, karena kebanyakan anak-anak, remaja menyukai kehangatan,
kasih sayang, dan kegembiraan. Rusel Krik mencatat bahwa “ restorasi budaya
(kembali ke budaya), seperti halnya sikap tolong menolong, dimulai dari rumah.”
Dan, dia benar. Karena restorasi budaya membutuhkan pemulihan dari sesuatu yang
amat penting, amat berharga, dan amat bertahan lama. Rumah merupakan tempat
yang membuat kita meras menjadi bagian, merasa diterima dan merasa nyaman,
rumahlah dimana tempat anggota keluarga bisa melakukan kesalahan, dan ditantang
untuk melakukan yang terbaik maka dari itu jangan jadikan rumah anda sebagi
zona “TIDAK” untuk anak anda. Begitu banyak orang tua yang mengeluh mengani
bagaimana menganni dan mengantisipasi anak-anaknya dari kejahatan budaya
kasar pada masa sekrang ini bnayak orang tua yang mengatakan “saya setuju
budaya itu jahat karena itu saya tidak memasang televise di rumah saya, dan
tidak memberikan telepon seluler kepada anak-anak saya.” Sayang sekali orangtua
sperti ini telah mneyalah artikan teknologi dan perangkat keras sebagai
masalah, yang menjadi persoalan bukanlah teknologinya itu dan cara kita
membiarkan orang lain meyalahgunakan teknologi di rumah kita, darpada melarang
segala sesuatu, kita justru harus memanfaatkan hal-hal yang baik, dan
menyingkirkan yang buruk. Kita harus menentukan batas, tetapi jangan menutup akses.
Sebagai orangtua kita haris bersikap santai tetapi bukan berarti mengendurkan pengawasan. Anada
juga harus memiliki peraturan yang keras dan teguh,tanpa mengubah rumah anda
menjadi pusat peltihan. Cara anda dalam menjelaskan dan mengajarkan tentang norma-norma
yang anda tetapkan sama pentingnya dengan pearturan dan pengawasan yang anda
terapkannuntuk keluarga anda dalam melindungi anak-anak anda. Karena semua itu
akan tergantung sikap anda sebagi orangtua
Maka
dari itu jadilah orang tua yang memilliki kasih sayang yang penuh pada
anak-anak, ciptakan suasana hangat dan nyaman pada rumah anda dan jelaskan
perturan-peraturan yang harus diterapkan dalam rumah anda secara bijak.
2.
Menciptakan
Waktu Bersama Keluarga
Salah satu peneletian penting, yang disponsori oleh Alfred P. Sloan
Foundation, datang dari UCLA Center on Everyday Lives of Families yang
memberikan gambaran potret kehidupan keluarga yang mengalami krisis. Penelitien
tersebut melaporkan bahwa waktu yang dilewatkan bersama, oleh banyak keluarga
dipenuhi dengan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan. Para ibu dan ayah
mengantar anak-anak mereka acara main bersama di sini, latihan di sana, sama
sekali tidak ada waktu yang tersissa mereka terikat pada telepon seluler dan
ditopang oleh makanan cepat saji. Anda tidak isa mengenal anak anda dengan baik
apabila seluruh waktu yang anda lewatkan bersama mereka dihabiskan dengan
berlarian kian kemari dalam
ketergesa-gesaan. Tidak mungkin mewujudkan kedekatan yang sesungguhnya dalam
keadaan seperti itu.
Sebenarnya tida ada yang
salah dalam semua kegitan tersebut tetapi alangkah lebih baik kita sebagai
orangtua mampu membagi waktu secara proposional antara kegitan sendiri dengan
anak-anak dan keluarga. Karena ini bukan berbicara soal perasaan semata. Ini soal
ilmu sosial. NewsMax.com melaporkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Associated Press dan (percaya atau tidak) MTV, yang mendapati bahwa melewatkan
waktu bersama keluarga adalah kegiatan nomor satu yang menurut anak-anak
berusia 12 tahun dan 24 tahun membuat mereka bahagia. Perbedaan yang ditimbulkan
oleh kegiatan tersebut sangat besar.
Solusi dari hal ini
memeriksa kembali jadwa keseharian anda seberapa padat kah jadwal anda setiap
hari, periksalah waktu untuk keluarga anda dan perhatiakanbagiaman waktu
tersebut dimanfaatkan. Berkumpul bersama lalu haslah cara-cara untuk mengurangi
aktivitas diluar rumah. Setelah itu sediakanlah waktu lebih banyak untuk satu
sama lain.
3. Membahas
Tantangan Dalam Pertemanan Pada Zaman Modern Bersama Remaja Anda Dan
Mengevaluasi Pertemanan Anda Sendiri
YOU CAN WAIT THE NEXT MY WRITE