Jumat, 27 April 2018

ARTIKEL PERLIBATAN KELUARGAPADA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI ERA KEKINIAN

TEMA       “PERLIBATAN KELUARGA PADA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI ERA KEKINIAN”
JUDUL      “PENDIDIKAN DALAM KELUARGA DAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK”
Penulis : Erni erliani
Mahasiswi Univesrsitas Djuanda Bogor
Tujuan utama pendidikan adalah mencetak manusia atau memanusiakan manusia agar ia mampu menggapai kehdupan yang baik di dunia dan akhirat. Dalam pendidikan keluarga, gurunya adalah orang tua, utamanya ibu. Ibu adalah sekolah pertama ada utama (Al-umu madrasatul Ula). Karena orang tua adalah guru kehidupan, maka penentu jalan kehidupanlah pesan Rasulullah Saw:”setiap anak terlahir fitrah (suci). Lalu, kedua orang tuanya  yang akan menjadikanya yahudi, nasrani, atau majusi.
            Dalam hal ini saya akan menulis mengenai bagimana peran dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak , yang tentunya berdasarakan sumber-sumber atau referensi yang terpercaya.
Dikutip dari buku Dr. H. Hasan Bisri Tanjung,MA. Beliau menulis dalam bukunya yang berjudul karunia tak ternila (bunga rampai catattan kebajikan) beliau menulis bahwa adal 4 langkah utama/menu dalam pendidikan keluarga, yaitu: pertama, ketauhidan (akidah). Pendidikan atau penanaman tauhid kepada anak merupakan langkah paling utama dalam membanguan tatanan pribadi muslim yang berkualitas (khairul bariyah). Penanaman tauhid lakasana menanamkan pondasi sebuah bangunan. Kedalaman dan dan kekuatan ponadi akan menentukan daya tahan dan kekuatan sebuah bangunan. Sebagai orang tua, kita di bimbing oleh agama untuk menanamkan akidah sejak dini, bertahap, terpadu, dan komprehensif. Mulai akad nikah diikrarkan, berhubungan suami isitri dengan benar hingga sij anin ditiupkan ruh.
Kedua, keteladanan (ibadah). Keteladanan (uswah) ada yang baik (hasanah) dan buruk (madzmumah). Rasulullah Saw adalah teladan yang baik bagi umatnya(QS, Al-Azhab:33:21). Anak adalah peniru (imitator) sejati. Mereka sangat mudah dan cepat meniru apa yang mereka lihat, baik dari orang tua, teman-teman, maupun televisi. Keteladanan adalah perkara yang paling penting dalam kepemimpinan keluarga. Rasulullah telah memberikan teladan yang baik kepada setiap orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Misalnya, mencium dan memeluk anak-anak dengan hangat, berkata lembut, dan menginspirasi bersenda gurau bahkan memberi hadiah. Ada suatu ungkapan Doroty Law Morte bahwa anak belajar dari kehidupan. “jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki, jika anak dibesarkan dengan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi” maka dari itu sepatutnya setiap orang tua  lebih berhati-hati dengan ucapan dan tindakannya sendiri, ketika melarang merokok pada saat seorang ayah tengah menghisapnya. Menyurh ke masjid pada saat tengah mencuci mobil, menyuruh mengafal  Al-Quraan pada saat seorang ayah atau ibu tengah membaca Koran. Tak seharusnya seperti itu karena aka terjadi split personalitiy  (keterpecahan pribadi). Patutkah mereka disalahkan?. 
Ketiga, pembiasaan (Akhlak) tidak mudah membuat sesuatu menjadi karakter dan kepribadian. Kita bisa melakukan kebaikan besar,  tapi belum tentu menjadikannya kebiasaan (Mudawamah) lazimnya, salah satu metode pembelajaran adalah pembiasaan sesuatu yang dilakukan berulang-ulang akan terbiasa, maka akan menjadi karakter dan keperibadian. Itulah yang disut akhlak . yakni perilaku baaik yang muncul spontan dan tak perlu pertimbangan. Karena sudah menyatu dalam diri sebagai keperibadian. Seperti halnya sejak dari dini anak dibiasakan salat berjamaah di masjid agar kelak dia terbiasa untuk selalu melaksanakan salat dimesjid. Dibiasakan membaca al-Quraan agar kelak ia terbiasa mengaji. Dan terapkan serta biasakan perilaku-perilaku positif lainnya. Semua itu harus dibiasakan dan kita menjadi teladannya. Meraka hanya bisa membiasakan sesuatu jika mereka melihat kita melakukannya. Jika tidak, mereka mencontoh keburukan yang biasa mereka lihat dari orang lain.
Keempat, pengawasan (manajerial).langkah dan menu keempat ini erat hubungannya dengan ketiga langkah sebelumnya . pengawasan (Controlling) menjadi bukti betapa  manajemen  sangat penting dalam menata keluarga. Jangan menyuruh anak melakukan sesuatu tanpa  dikontrol dan evaluasi. Kebun yang sudah ditanami pohon, jangan ditinggalkan hingga musim panen tiba, boleh jadi, bukan buah yang kita dapatkan, tapi semak belukar yang tumbuh melebihi pohon yang kita tanam yang artinya ketika tauhid kita tanamakan sejak dini, kita suburkan dengan pupuk keteladanan, kita sirami dengan pupuk pebiasaan , maka tugas selanjutnya adalah mengontrol dan mengevaluasi. Dalam perjalanan, mereka di hadang berbagai godaan yang sistematis, dekadensi moral, kerisis keteladanan sosial polotik. Boleh jadi pohon tauhid, keteladanan, dan kebiasaan yang telah ditanamkan, sudah terkikis perlahan dari diri mereka. Meskipun mereka telah dewasa, punya anak istri/suami tapi mereka tetaplah anak-anak kita. Tugas orangtua sebelum ajal adalah mengecek ulang apakah masih tertanam pohon tauhid yang dulu telah kita ajarkan.( sumber : Dr. H. Hasan Bisri Tanjung,MA”karunia tak ternilai (bunga rampai catatan kebjikan)”Penerbit : AMP Press,Jakarta juni 2016).
selain itu saya selaku penulis artikel juga mengambil salah satu referensi dari buku yang bejudul “30 cara dalam 30 hari menyelelematkan keluarga anda” buku karangan Rebecca Hagelin yaitu seorang ibu rumah tangga sekaligus seorang wanita karir. Lulusan cum laude dari Troy University pada tahun 1983. Dalam buku yang di tulis oelel Rebecca ini terdapat 30 cara bagaiman peran seorang keluraga dalam menangani anak-anaknya, tetapi dalam artikel ini saya selaku penulis artikel hanya mengambil 10 metode atau cara bagaimana peran keluarga dalam pendidikan atau dalam mengarahkan anak. Berikut ini akan penulis bahas beberapa cara tersebut:
1.    Membuat Rumah Nyaman, Hangat, Dan Menyenangkan
       Pada saat orangtua mulai menyadari munculnya tantangan budaya, maka kesalahan yang umumnya yang mereka lakukan adalah bersikap terlalu berlebihan dan menutup semua peluang  untuk bersenang-senang. Meskipun anda dilarang keras berkompromi terhadap nilai-nilai dan prinsip anda, memegang teguh nilai dan prinsip-prinsip tersebut bukan berarti membuat rumah anda menjadi lingkungan yang membosankan dan dingin dimana pribadi “jangan kamu” anda justru membuat kesal. Jika rumah anda tidak menyenangkan, anak anda dan juga teman-teman mereka  pasti tidak mau “berkumpul” di sana, karena kebanyakan anak-anak, remaja menyukai kehangatan, kasih sayang, dan kegembiraan. Rusel Krik mencatat bahwa “ restorasi budaya (kembali ke budaya), seperti halnya sikap tolong menolong, dimulai dari rumah.” Dan, dia benar. Karena restorasi budaya membutuhkan pemulihan dari sesuatu yang amat penting, amat berharga, dan amat bertahan lama. Rumah merupakan tempat yang membuat kita meras menjadi bagian, merasa diterima dan merasa nyaman, rumahlah dimana tempat anggota keluarga bisa melakukan kesalahan, dan ditantang untuk melakukan yang terbaik maka dari itu jangan jadikan rumah anda sebagi zona “TIDAK” untuk anak anda. Begitu banyak orang tua yang mengeluh  mengani  bagaimana menganni dan mengantisipasi anak-anaknya dari kejahatan budaya kasar pada masa sekrang ini bnayak orang tua yang mengatakan “saya setuju budaya itu jahat karena itu saya tidak memasang televise di rumah saya, dan tidak memberikan telepon seluler kepada anak-anak saya.” Sayang sekali orangtua sperti ini telah mneyalah artikan teknologi dan perangkat keras sebagai masalah, yang menjadi persoalan bukanlah teknologinya itu dan cara kita membiarkan orang lain meyalahgunakan teknologi di rumah kita, darpada melarang segala sesuatu, kita justru harus memanfaatkan hal-hal yang baik, dan menyingkirkan yang buruk. Kita harus menentukan batas, tetapi jangan menutup akses. Sebagai orangtua kita haris bersikap santai tetapi  bukan berarti mengendurkan pengawasan. Anada juga harus memiliki peraturan yang keras dan teguh,tanpa mengubah rumah anda menjadi pusat peltihan. Cara anda dalam menjelaskan dan mengajarkan tentang norma-norma yang anda tetapkan sama pentingnya dengan pearturan dan pengawasan yang anda terapkannuntuk keluarga anda dalam melindungi anak-anak anda. Karena semua itu akan tergantung sikap anda sebagi orangtua
       Maka dari itu jadilah orang tua yang memilliki kasih sayang yang penuh pada anak-anak, ciptakan suasana hangat dan nyaman pada rumah anda dan jelaskan perturan-peraturan yang harus diterapkan dalam rumah anda secara bijak.  
2.    Menciptakan Waktu Bersama Keluarga
       Salah satu peneletian penting, yang disponsori oleh Alfred P. Sloan Foundation, datang dari UCLA Center on Everyday Lives of Families yang memberikan gambaran potret kehidupan keluarga yang mengalami krisis. Penelitien tersebut melaporkan bahwa waktu yang dilewatkan bersama, oleh banyak keluarga dipenuhi dengan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan. Para ibu dan ayah mengantar anak-anak mereka acara main bersama di sini, latihan di sana, sama sekali tidak ada waktu yang tersissa mereka terikat pada telepon seluler dan ditopang oleh makanan cepat saji. Anda tidak isa mengenal anak anda dengan baik apabila seluruh waktu yang anda lewatkan bersama mereka dihabiskan dengan berlarian kian  kemari dalam ketergesa-gesaan. Tidak mungkin mewujudkan kedekatan yang sesungguhnya dalam keadaan seperti itu.
     Sebenarnya tida ada yang salah dalam semua kegitan tersebut tetapi alangkah lebih baik kita sebagai orangtua mampu membagi waktu secara proposional antara kegitan sendiri dengan anak-anak dan keluarga. Karena ini bukan berbicara soal perasaan semata. Ini soal ilmu sosial. NewsMax.com melaporkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Associated Press dan (percaya atau tidak) MTV, yang mendapati bahwa melewatkan waktu bersama keluarga adalah kegiatan nomor satu yang menurut anak-anak berusia 12 tahun dan 24 tahun membuat mereka bahagia. Perbedaan yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut sangat besar.
     Solusi dari hal ini memeriksa kembali jadwa keseharian anda seberapa padat kah jadwal anda setiap hari, periksalah waktu untuk keluarga anda dan perhatiakanbagiaman waktu tersebut dimanfaatkan. Berkumpul bersama lalu haslah cara-cara untuk mengurangi aktivitas diluar rumah. Setelah itu sediakanlah waktu lebih banyak untuk satu sama lain.
3. Membahas Tantangan Dalam Pertemanan Pada Zaman Modern Bersama Remaja Anda Dan Mengevaluasi Pertemanan Anda Sendiri

YOU CAN WAIT THE NEXT MY WRITE